KATA PENGANTAR
Segala Puji Bagi Tuhan Yang Telah Menolong Hamba-Nya Menyelesaikan Makalah Ini Dengan Penuh Kemudahan. Tanpa Pertolongan Nya Mungkin Penyusun Tidak Akan Sanggup Menyelesaikan Dengan Baik.
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Solidaritas Mekanik Dan Solidaritas Organik Yang Kami Sajikan Berdasarkan Pengamatan Dari Berbagai Sumber. Makalah Ini Di Susun Oleh Penyusun Dengan Berbagai Rintangan. Baik Itu Yang Datang Dari Diri Penyusun Maupun Yang Datang Dari Luar. Namun Dengan Penuh Kesabaran Dan Terutama Pertolongan Dari Tuhan Akhirnya Makalah Ini Dapat Terselesaikan.
Makalah Ini Memuat Tentang “Makalah Solidaritas Mekanik Dan Solidaritas Organik” .Penyusun Juga Mengucapkan Terima Kasih Kepada Guru Pembimbing Yang Telah Banyak Membantu Penyusun Agar Dapat Menyelesaikan Makalah Ini.
Semoga Makalah Ini Dapat Memberikan Wawasan Yang Lebih Luas Kepada Pembaca. Walaupun Makalah Ini Memiliki Kelebihan Dan Kekurangan. Penyusun Mohon Untuk Saran Dan Kritiknya. Terima Kasih.
DAFTAR ISI
Judul.....................................................................................................................................
Katapengantar................................................................................................................... 1
Daftar ISI ............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN MATERI
A. Solidaritas sebagai Fakta Sosial ................................................................................ 4
B. Apa perbedaan kelompok sosial solidaritas mekanik dan solidaritas organik 10
C. Ciri-ciri Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik............................................ 10
D.Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik..................................... 11
E. Solidaritas Sosial Masyarakat Di Daerah Sekitar Industri .................................... 12
BAB II PENUTUP
A. SIMPULAN................................................................................................................... 15
B. Daftar Pustaka............................................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik
Emile Durkheim
(1859-1917), Profesor Sosiologi Pertama dari Universitas Paris, mengambil
pendekatan kolektivitis terhadap pemahaman mengenai masyarakat yang
melibatkan berbagai bentuk solidaritas.
Solidaritas dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperti "perekat
sosial", dalam hal ini dapat berupa, nilai, adat istiadat dan kepercayaan
yang dianut bersama oleh anggota masyarakat dalam ikatan kolektif.
Ada bentuk yang disebut solidaritas mekanis, dimana individu yang diikat
dalam suatu bentuk solidaritas memiliki "kesadaran kolektif" yang sama dan
kuat. Karena itu individualitas tidak berkembang karena dilumpuhkan dengan
tekanan besar untuk menerima konformitas. Contoh masyarakat yang memiliki
solidaritas ini adalah masyarakat pra-industri dan masyarakat pedesaan.
Sementara itu ketika masyarakat semakin kompleks melalui pembagian kerja,
solidaritas mekanik runtuh digantikan dengan solidaritas organik. Ketika
terjadi pembagian kerja maka akan timbul spesialisasi yang pada akhirnya
menimbulkan ketergantungan antar individu. Hal ini juga menggairahkan
individu untuk meningkatkan kemampuannya secara individual sehingga
"kesadaran koletif" semakin redup kekuatannya. Dan solidaritas ini ada pada
masyarakat Industri.
Maka itu Durkheim mengusulkan perlunya suatu konsensus intelektual dan
moral untuk keteraturan sosial yang bersifat harmonis dan integratif.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A. Solidaritas sebagai Fakta Sosial
Istilah fakta sosial pertama kali diperkenalkan oleh Emile Durkheim. Ia
mengartikannya sebagai suatu cara bertindak yang tetap atau sementara yang
memiliki kendala dari luar (constraint); atau suatu cara bertindak
yang umum dalam suatu masyarakat yang berwujud dengan sendirinya bebas dari
manifestasi individual.
Berdasarkan definisi ini, fakta sosial memiliki empat karakteristik penting
diantaranya:
(1) Sesuatu yang berwujud di luar individu;
(2) Melakukan hambatan atau membuat kendala terhadap individu;
(3) Bersifat luas atau umum; dan
(4) Bebas dari manifestasi, atau melampaui manifestasi individu.
Salah seorang sosiolog yang menaruh perhatian dan menjadikan fokus teoritis
dalam membaca masyarakat adalah Emile Durkheim. Bahkan,
persoalan solidaritas sosial merupakan inti dari seluruh teori yang
dibangun Durkheim. Ada sejumlah istilah yang erat kaitannya dengan konsep
solidaritas sosial yang dibangun Sosiolog berkebangsaan Perancis ini,
diantarnya integrasi sosial (social integration) dan kekompakan
sosial. Secara sederhana, fenomena solidaritas menunjuk pada suatu situasi
keadaan hubungan antar individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan
moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman
emosional bersama.
Dalam analisis Durkheim, diskusi tentang solidaritas dikaitkan dengan persoalan sanksi yang diberikan kepada warga yang melanggar peraturan dalam masyarakat. Bagi Durkhem indikator yang paling jelas untuk solidaritas mekanik adalah ruang lingkup dan kerasnya hukum-hukum dalam masyarakat yang bersifat menekan (represif). Hukum-hukum ini mendefinisikan setiap perilaku penyimpangan sebagai sesuatu yang jahat,
yang mengancam kesadaran kolektif masyarakat. Hukuman represif tersebut
sekaligus bentuk pelanggaran moral oleh individu maupun kelompok terhadap
keteraturan sosial (social order). Sanksi dalam masyarakat dengan
solidaritas mekanik tidak dimaksudkan sebagi suatu proses yang rasional.
Hukuman tidak harus mempresentasikan pertimbangan rasional dalam
masyarakat. Hukum represif dalam masyarakat mekanik tidak merupakan
petimbangan yang diberikan yang sesuai dengan bentuk kejahatannya. Sanksi
atau hukuman yang dikenakan kepada orang yang menyimpang dari keteraturan,
tidak lain merupakan bentuk atau wujud kemarahan kolektif masyarakat
terhadap tindakan individu tersebut.
Pelanggaran terhadap kesadaran kolektif merupakan bentuk penyimpangan dari
homogenitas dalam masyarakat. Karena dalam analisa Durkheim, ciri khas yang
paling penting dari solidaritas mekanik itu terletak pada tingkat
homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan sebagainya.
Homogenitas serupa itu hanya mungkin kalau pembagian kerja (division of labor) bersifat terbatas.
Model solidaritas seperti ini biasa ditemukan dalam masyarakat primitif
atau masyarakat tradisional yang masih sederhana. Dalam masyarakat seperti
ini pembagian kerja hampir tidak terjadi. Seluruh kehidupan dipusatkan pada
sosok kepala suku. Pengelolaan kepentingan kehidupan sosial bersifat
personal. Keterikatan sosial terjadi karena kepatuhan terhadap nilai-nilai
tradisional yang dianut oleh masyarakat. Demikian juga sistem kepemimpinan
yang dilaksanakan berjalan secara turun-temurun.
Potret solidaritas sosial dalam konteks masyarakat dapat muncul dalam
berbagai kategori atas dasar karakteristik sifat atau unsur yang membentuk
solidaritas itu sendiri. Veeger, K.J. (1992) mengutip pendapat Durkheim
yang membedakan solidaritas sosial dalam dua kategori/tipe; pertama, solidaritas mekanis, terjadi dalam masyarakat yang
diciri-khaskan oleh keseragaman pola-pola relasi sosial,
yang dilatarbelakangi kesamaan pekerjaan dan kedudukan semua anggota. Jika
nilai-nilai budaya yang melandasi relasi mereka, menyatukan mereka secara
menyeluruh, maka akan memunculkan ikatan sosial diantara mereka kuat sekali
yang ditandai dengan munculnya identitas sosial yang demikian kuat.
Individu meleburkan diri dalam kebersamaan, hingga tidak ada bidang
kehidupan yang tidak diseragamkan oleh relasi-relasi sosial yang sama.
Individu melibatkan diri secara penuh dalam kebersamaan pada masyarakat
hingga tidak terbayang bahwa hidup mereka masih berarti atau dapat
berlangsung, apabila salah satu aspek kehidupan diceraikan dari
kebersamaan.
Singkatnya, solidaritas mekanik didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” (collective consciousness) yang dipraktikkan masyarakat dalam
bentuk kepercayaan dan sentimen total diantara para warga masyarakat.
Individu dalam masyarakat seperti ini cenderung homogen dalam banyak hal.
Keseragaman tersebut berlangsung terjadi dalam seluruh aspek kehidupan,
baik social, politik bahkan kepercayaan atau agama.
Doyle Paul Johnson (1994), secara terperinci menegaskan indikator sifat
kelompok sosial/masyarakat yang didasarkan pada solidaritas mekanik, yakni;
(1) Pembagian kerja rendah;
(2) Kesadaran kolektif kuat;
(3) Hukum represif dominan;
(4) Individualitas rendah;
(5) Konsensus terhadap pola normatif penting;
(6) Adanya keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang;
(7) Secara relatif sifat ketergantungan rendah;
(8) Bersifat primitif atau pedesaan.
Sementara itu solidaritas organik terjadi dalam masyarakat
yang relatif kompleks kehidupan sosialnya namun terdapat
kepentingan bersama atas dasar tertentu. Dalam kelompok sosial terdapat
pola antar-relasi yang parsial dan fungsional, terdapat pembagian kerja
yang spesifik, yang pada gilirannya memunculkan perbedaan kepentingan,
status, pemikiran dan sebagainya. Perbedaan pola relasi-relasi, dapat
membentuk ikatan sosial dan persatuan melalui pemikiran perlunya kebutuhan
kebersamaan yang diikat dengan kaidah moral, norma, undang-undang, atau
seperangkat nilai yang bersifat universal.
Oleh karena itu ikatan solider tidak lagi menyeluruh, melainkan terbatas
pada kepentingan bersama yang bersifat parsial.
Solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar.
Solidaritas ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang tinggi.
Ketergantungan ini diakibatakan karena spesialisasi yang tinggi diantara
keahlian individu. Spesialisasi ini juga sekaligus merombak kesadaran
kolektif yang ada dalam masyarakat mekanis. Akibatnya kesadaran dan
homogenitas dalam kehiduan sosial tergeser.
Karena keahlian yang berbeda dan spesialisasi itu, munculah ketergantungan
fungsional yang bertambah antara individu-idividu yang
memiliki spesialisasi dan secara relatif lebih otonom sifatnya. Menurut
Durkheim itulah pembagian kerja yang mengambil alih peran yang semula
disandang oleh kesadaran kolektif.
Sekali lagi Durkheim mengaitkan persoalan solidaritas organik dengan
fenomena pemberian hukuman atau sanksi. Kuatnya solidaritas organik
ditandai oleh munculnya hukum yang bersifat memulihkan (restitutive) bukan yang bersifat represif. Kedua model hukum pada
praktiknya juga memiliki tujuan yang berbeda. Jika hukum represif yang
dijumpai dalam masyarakat mekanik merupakan ungkapan dari kemarahan
kolektif masyarakat. Sementara hukum restitutif berfungsi mempertahankan
atau melindungi pola saling ketergantungan yang kompleks antara sejumlah
individu yang memilki spesialisasi tersebut. Karena itu sifat sanksi yang
diberikan kepada individu yang melanggar keteraturan dalam dua tipologi
masyarakat ini juga berbeda. Tipe sanksi dalam masyarakat mekanik berwatak
restitutif sebagaimana dikemukan Durkheim: “bukan bersifat balas dendam,
melainkan sekedar memulihkan keadaan”.
Kemarahan kolektif menjadi tidak mungkin terjadi dalam masyarakat dengan
tipe organik, karena masyarakat sudah hidup dengan kesadaran individual,
bukan kesadaran kolektif. Sebagai gantinya masyarakat dengan tipe
solidaritas organik mengelola kehidupan secara rasional. Karena itu, bentuk
hukumannya pun bersifat rasional disesuaikan dengan bentuk pelanggaran
tersebut. Pelaksanaan sanksi tersebut bertujuan untuk memulihkan atau
melindungi hak-hak dari pihak yang dirugikan.
Dengan demikian akan terpulihkan kondisi ketergantungan fungsional dalam
masyarakat. Durkheim memberi tamsil bentuk solidaritas tersebut terutama
dalam masyarakat moderen. Pola-pola restitutif ini nampak dalam hukum dan
peraturan-peraturan kepemilikan, hukum kontrak, perdagangan dan peraturan
administratif atau prosedur-prosedur dalam sebuah institusi masyarakat
moderen.
Peralihan dari hukum represif menuju hukum restitutif seiring sejalan
dengan semakin bertambahnya kompleksitas dalam masyarakat. Kompleksitas
tersebut berdampak pada pembagian kerja (divison of labor) yang
kian beragam pula.
Perbedaan–perbedaan tersebut juga berlangsung dalam banyak wilayah
kehidupan sosial masyarakat. Maksudnya, perubahan tersebut juga berlangsung
pada bagaimana kepemimpinan dalam setiap model masyarakat tersebut
dipraktikkan. Misalnya dalam masyarakat mekanik, proses perubahan
kepemimpinan dilakukan secara turun temurun dari kepala suku atau Ketua
adat. Berbeda dengan masyarakat organik proses suksesi kepemimpinan
dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat atau individu.
Karl Manheim
lebih mencermati pandangan Durkheim, dimana dalam solidaritas organik
diciptakan pembagian kerja dalam kelompok sosial. Pembagian kerja
sebenarnya membagi aktivitas yang tadinya digabungkan ke dalam suatu proses
kerja yang dilaksanakan oleh seorang manusia menjadi sejumlah besar
bagian-bagian yang saling melengkapi satu sama lain. Pembagian kerja akan
menimbulkan sebuah integrasi sosial yang kuat, secara fungsional dibutuhkan
untuk saling melengkapi. Oleh karena itu memunculkan sebuah solidaritas
sosial dalam kelompok mereka atas dasar kepentingan bersama yang sifatnya
tertentu. Nampak bahwa pada solidaritas organik menekankan tingkat saling
ketergantungan yang tinggi, akibat dari spesialisasi pembagian pekerjaan
dan perbedaan di kalangan individu. Perbedaan individu akan merombak
kesadaran kolektif, yang tidak penting lagi sebagai dasar untuk keteraturan
sosial. Kuatnya solidaritas organik menurut Durkheim ditandai eksistensi
hukum yang bersifat restitutif/memulihkan, melindungi pola ketergantungan
yang kompleks antara pelbagai individu yang terspesialisasi atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Doyle Paul Johnson
secara terperinci menegaskan indikator sifat kelompok sosial/masyarakat
yang didasarkan pada solidaritas organik, yakni;
(1) Pembagian kerja tinggi;
(2) Kesadaran kolektif lemah;
(3) Hukum restitutif/memulihkan dominan;
(4) Individualitas tinggi;
(5) Konsensus pada nilai abstrak dan umum penting;
(6) Badan-badan kontrol sosial menghukum orang yang menyimpang;
(7) Saling ketergantungan tinggi; dan
(8) Bersifat industrial perkotaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat bukanlah semata-mata
merupakan penjumlahan individu-individu belaka. Sistem yang dibentuk oleh
asosiasinya merupakan suatu realitas khusus dengan karakteristik tertentu.
Adalah benar bahwa sesuatu yang bersifat kolektif tidak akan mungkin timbul
tanpa kesadaran individual, namun syarat tersebut tidak akan mungkin timbul
tanpa adanya kesadaran individual, namun syarat itu tidaklah cukup.
Kesadaran itu harus dikombinasikan dengan cara tertentu, kehidupan sosial
merupakan hasil kombinasi itu dan dengan sendirinya dijelaskan olehnya.
Jiwa-jiwa individual yang membentuk kelompok, melahirkan sesuatu yang
bersifat psikologis, namun berisikan jiwa individualistis yang baru.
B.Apa perbedaan kelompok sosial solidaritas mekanik dan solidaritas organik
a. Solidaritas Mekanik adalah solidaritas yang muncul pada
masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta
belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok.
(Masyarakat Pedesaan).
b. Solidaritas Organik adalah solidaritas yang mengikat
masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang
teratur sehingga disatukan oleh saling ketergantungan antar anggota.
(Masyarakat Perkotaan).
C.Ciri-ciri Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik.
Solidaritas Mekanik:
Merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas kesamaan, kepercayaan dan
adat bersama. Disebut mekanik, karena orang yang hidup dalam unit keluarga
suku atau kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga memenuhi semua
kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok lain.
Solidaritas Organik:
Menguraikan tatanan sosial berdasarkan perbedaan individual diantara
rakyat.
Merupakan ciri dari masyarakat modern, khususnya kota .
Bersandar pada pembagian kerja (division of labor) yang rumit dan
didalamnya orang terspesialisasi dalam pekerjaan yang berbeda-beda.
Seperti dalam organ tubuh, orang lebih banyak saling bergantung untuk
memenuhi kebutuhan mereka.
Dalam Division of labor yang rumit ini, Durkheim melihat adanya kebebasan
yang lebih besar untuk semua masyarakat: kemampuan untuk melakukan lebih
banyak pilihan dalam kehidupan mereka
Meskipun Durkheim mengakui bahwa kota-kota dapat menciptakan impersonality
(sifat tidak mengenal orang lain), alienasi, disagreement dan konflik, ia
mengatakan bahwa solidaritas organik lebih baik dari pada solidaritas
mekanik
Beban yang kami berikan dalam masyarakat modern lebih ringan daripada
masyarakat pedesaan dan memberikan lebih banyak ruang kepada kita untuk
bergerak bebas.
D.Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik
|
Solidaritas Mekanik |
Solidaritas Organik |
|
a.) Relatif berdiri sendiri (tidak bergantung pada orang
lain) dalam keefisienan kerja.
|
a.) Saling Keterkaitan dan mempengaruhi dalam keefisienan
kerja.
|
E. Solidaritas Sosial Masyarakat Di Daerah Sekitar Industri
Koeksistensi yang selalu ada antara industri dan komunitas, menurut Schneider (1993:430-431), timbul karena berbagai sebab.
Pertama adalah kebutuhan industri akan persediaan tenaga kerja. Industri
membutuhkan tenaga kerja yang dapat diandalkan yang dapat masuk kerja
setiap hari dan tepat waktu, yang segera dapat dipanggil kembali bekerja
setelah suatu periode pemberhentian dan tidak mempunyai mata pencaharian
lain selain industri tersebut. Untuk menciptakan dan mendapatkan persediaan
tenaga kerja seperti itu, industri harus memasuki komunitas yang ada atau
menciptakan komunitas kemana tenaga kerja dapat ditarik.
Kedua, komunitas menjadi pasar yang besar bagi produk industri tersebut.
Dengan menempatkannya dekat sebuah pasar kota, industri dapat mengurangi
biaya biaya transportasi, khususnya bila sebagaian besar pasar suatu
industri bertempat di pusat metropolitan yang besar.
Ketiga, industri membutuhkan komunitas sebagai sumber jasa khusus. Salah
satunya adalah transportasi untuk membawa bahan mentah ataupun mengirimkan
hasil produksinya. Selain itu juga membutuhkan perlindungan keamanan,
pendidikan para pekerjanya, persediaan air, penyediaan pemukiman dan
sebagainya
Seperti halnya Schneider, Parker (1990:93) menyatakan bahwa “munculnya industri baru dalam suatu wilayah akan memberikan pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja.” Kebutuhan industri terhadap tenaga kerja yang memadai, tidak sepenuhnya dapat terpenuhi oleh komunitas yang sudah ada, karena industri membutuhkan tenaga kerja yang memiliki karakteristik tertentu, seperti keterampilan dan pendidikannya,termasuk juga perilaku kerja tertentu. Kebutuhan tenaga kerja industri menjadi salah satu dari daya tarik industri, selain dari munculnya kesempatan ekonomi lain akibat keberadaan industri yang bisa dijadikan sumber penghasilan bagi masyarakat. Para tenaga kerja berdatangan ke wilayah tersebut untuk mencoba memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada, baik di sektor industri maupun di sektor lainnya.
Kehadiran para pekerja pendatang, secara relatif menyebabkan perubahan pola
interaksi komunitas. Interaksi antar anggota komunitas menjadi semakin
luas, dan proses interaksi dalam komunitas akan terpengaruh oleh adanya
keragaman latar belakang sosial budaya dari anggotanya. Pada proses
interaksi, jaringan interaksi anggota komunitas yang meluas menyebabkan
intensitas interaksi antar-anggota berkurang, terutama pada sebagian
anggota komunitas, seperti pendatang yang memiliki sosiabilitas yang
rendah. Dalam interaksinya, penduduk pendatang dan pribumi dituntut pula
untuk mempertimbangkan latar belakang sosial budaya masing-masing. Hal ini
menyebabkan intensitas dan pola interaksi komunitas mengalami perubahan
orientasi, termasuk juga dialami oleh penduduk pribumi yang terseret oleh
dinamika industri. Dinamika pada komunitas di sekitar industri, dalam
jangka panjang akan mengembangkan komunitas tersebut menjadi berbeda dengan
bentuk komunitas sebelumnya.
Sebuah komunitas yang mendapatkan pengaruh dari adanya industri akan
berkembang ke arah suatu komunitas perkotaan, yang memiliki karateristik
yang berbeda dibandingkan dengan sebelum industri didirikan.
Menurut Louis Wirth (dalam Daldjuni, 1982:27): “kota
ditentukan oleh ukurannya yang cukup besar, kepadatan penduduknya, dan
heterogenitas masyarakatnya.”
Gaya hidup khas kekotaan disebut dengan urbanisme, dan ini ditentukan oleh
ciri-ciri spatial, sekularisasi, asosiasi sukarela, peranan sosial yang
terpisah dan norma-norma yang kabur.
Mengenai pemikiran Wirth ini, Daldjuni (1982:28) berpendapat bahwa:
Pokok-pokok yang dibicarakan oleh Wirth meliputi “kedangkalan interaksi
individu, anomi, serta perspektif penelaahan urbanisasi.Sebagai struktur
sosial, urbanisasi menggantikan hubungan primer dengan sekunder. Akibatnya
di kota ikatan kekerabatan lemah, gotong royong menipis, dan solidaritas
goyah.Urbanisme melahirkan mentalitas kota dimana sikap, ide, dan
keperibadian manusianya lain dengan yang terdapat di pedesaan” Urbanisme
pada komunitas di sekitar industri sebagai sebuah gejala yang rasional,
karena dorongan dari industrialisme dan juga sebagai hasil dari proses
adaptasi masyarakat terhadap tuntutan aktivitas kerja dalam industri.
Industrialisme membutuhkan tenaga kerja yang mobile. Sifat tenaga kerja
yang demikian tidak dapat diperoleh dalam masyarakat yang memiliki ikatan
sosial yang ketat, karena ikatan sosial yang ketat akan mengganggu
mobilitas warga masyarakatnya. Ikatan sosial yang longgar demikian akan
mempengaruhi bentuk solidaritas sosial masyarakatnya.
BAB II
Penutup
A.Kesimpulan
Bentuk solidaritas sosial masyarakat industri-kota adalah solidaritas
organik. Namun, karena komunitas industri-kota masih berada dalam proses
perkembangan, karakteristik yang terdapat pada komunitas ini masih belum
menunjukkan karakteristik dari masyarakat organik penuh. Pada komunitas ini
masih ditemui adanya beberapa karakteristik dari masyarakat yang yang
mekanik.
Perubahan bentuk solidaritas sosial masyarakat industri-kota merupakan
sebuah proses yang alamiah dan dibutuhkan oleh masyarakat. Industrialisme
tidak dapat berkembang dalam masyarakat yang bentuk solidaritasnya adalah
solidaritas mekanik.
Daftar Pustaka
IPS SMKN 1 DEPOK.blogspot.com
Wikipedia.com
Nesaci.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar