BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembelajaran IPS di sekolah belum berupaya melaksanakan dan membiasakan
pengalaman nilai-nilai kehidupan demokratis, social kemasyarakatan dengan
melibatkan siswa dan komunitas sekolah dalam berbagai aktifitas kelas dan
sekolah. Selain itu dalam pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek
pengetahuan, fakta dan kkonsep-konsep yang bersifat hafalan belaka. Inilah yang
dituding sebagai kelemahan atau masalah yang menyebabkan kegagalan pelajaran
IPS di sekolah di Indonesia.
Sedangkan Proseslah yang
sangat penting alam pembelajaran IPS itu. Karena dengan proses peserta didik
diharapkan memperoleh pengetauhuan, pengalaman-pengalaman dalam menggunakan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan demokratis, termasuk mempraktekkan
berpikir dan pemecahan masalah. Dalam pembahasan ini sebelum kita berbicara
mengenai Ilmu Sejarah ada baiknya kita melihat dulu bagai mana Ilmu dan Sejarah
itu berkembang. Pada mulanya ilmu yang dikembangkan manusia hanya satu yaitu
filsafat dimana manusia mengalami suatu persoalan hidup dimana manusia merasa
heran, sangsi dan sadar akan keterbatasannya sebagai manusia. Hal ini akhirnya
mendorong manusia untuk berpikir secara ilmiah (Filsafat). Setelah manusia
berfilsafat ternyata masalah yang dihadapinya semakin rumit dan kompleks
sehingga tidak bisa dijawab dengan cara filsafat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
perkembangan agama hindu-budha di indonesia?
2. Bagaimana
pengaruh agama hindu-buddha di indonesia?
3. Bagaimana
berkembangnya kerajaan-kerajaan hindu-buddha di indonesia?
1.3. Tujuan
1.
Mengetahui perkembangan agama hindu-budha
di indonesia.
2.
Mengetahui pengaruh agama hindu-buddha di
indonesia.
3.
Mengetahui berkembangnya kerajaan-kerajaan
hindu-buddha di indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN MATERI
2.1 Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua
Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi,
yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan
perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung
melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati
India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang
dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki
keuntungan, yaitu:
- Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
- Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
- Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
- Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam
kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya
percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan pengaruh
kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang
dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum
brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para
brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan
memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan
penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut
hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antargolongan
di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang,
lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke
wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan
koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses
penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung
hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis
waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam
menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan dengan
para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang
bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu
pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa
peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang
buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya.
Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam
penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung
kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu
dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua
pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di
daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai
langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli
memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang
persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan
prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan
prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan
Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan
Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya Indonesia
dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Pengaruh di bidang Agama
Ketika memasuki zaman sejarah,
masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha
sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa
perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal tata krama,
upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.
2. Pengaruh di bidang Pemerintahan
2. Pengaruh di bidang Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan
dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil
masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang
terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu,
lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. Pengaruh di bidang Arsitektur
3. Pengaruh di bidang Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum adalah
bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut berpadu dengan budaya India
yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan Candi
Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang berundak-undak.
Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya India-Indonesia.
4. Pengaruh di bidang Bahasa
4. Pengaruh di bidang Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa
dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini,
bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau
kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta,
yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha,
dan sebagainya.
5. Pengaruh di bidang Sastra
5. Pengaruh di bidang Sastra
Berkembangnya pengaruh India di
Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya sastra terkenal
yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu
memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya
sastra yang muncul di Indonesia adalah:
- Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa,
- Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan
- Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.
Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada ±
tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam kitab sucinya yaitu Weda.
Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu:
- Reg Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.
- Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci.
- Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
- Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda, umat Hindu juga
memiliki kitab suci lainnya yaitu:
- Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.
- Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Agama Hindu menganut polytheisme
(menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa
Tertinggi” yaitu:
- Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta.
- Dewa Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
- Dewa Siwa, sebagai dewa perusak.
Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa
yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa hujan yang sangat penting untuk
pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk memasak dan upacara-upacara
keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau
kasta yang disebut Caturwarna yaitu:
- Kasta Brahmana, terdiri dari para pendeta.
- Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
- Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
- Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain 4 kasta tersebut terdapat pula
golongan pharia atau candala, yaitu orang di luar kasta yang telah melanggar
aturan-aturan kasta.
Orang-orang Hindu memilih tempat yang
dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa serta
Sungai Gangga yang airnya dapat mensucikan dosa umat Hindu, sehingga bisa
mencapai puncak nirwana.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha yaitu
Tripittaka artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa Poli. Adapun
yang dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:
- Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat Buddha.
- Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
- Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri
Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:
- Buddha yaitu berbakti kepada Buddha.
- Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
- Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping itu agar orang dapat
mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan kebenaran atau Astavidha
yaitu:
- Pandangan yang benar.
- Niat yang benar.
- Perkataan yang benar.
- Perbuatan yang benar.
- Penghidupan yang benar.
- Usaha yang benar.
- Perhatian yang benar.
- Bersemedi yang benar.
Karena munculnya berbagai penafsiran
dari ajaran Buddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran dalam agama Buddha yaitu:
- Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri.
- Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan saling membantu.
Pemeluk Buddha juga memiliki
tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu:
- Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.
- Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.
- Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama kali.
- Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.
2. PENGARUH HINDU-BUDDHA
DI BIDANG BAHASA, ARSITEKTUR DAN KESUSASTRAAN
A.
Pengaruh
Di Bidang Bahasa
Dengan datangnya pengaruh budaya India
maka dipergunakan bahasa dari India, terutama bahasa Sanskerta dan Pali. Dalam
bidang aksara, penduduk Nusantara mulai melek aksara dengan dikenalnya aksara
Pallawa dan Nagari (atau disebut juga Siddham). Dalam perkembangannya, para
Empu Nusantara menciptakan aksara baru yang disebut aksara Kawi (ada
juga yang menyebutnya aksara Jawa Kuno).
Kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar
berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan
hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu.
Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari
bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya
Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
B. Pengaruh India Di Bidang Arsitektur
Arsitektur atau seni bangunan
ala masa India juga bertahan hingga kini. Meski tampilannya tidak lagi serupa
benar dengan bangunan Hindu-Buddha (candi), tetapi pengaruh Hindu-Buddha
membuat arsitektur bangunan yang ada di Indonesia menjadi khas.Salah satu cirri
bangunan Hindu-Buddha adalah “berundak.” Sejumlah undakan umumnya terdapat di
struktur bangunan candi yang ada di Indonesia. Undakan tersebut paling jelas
terlihat di Candi Borobudur, bangunan peninggalan Dinasti Syailendra yang
beragama Buddha.
Hal yang khas dari arsitektur candi
adalah adanya 3 bagian utama yaitu ‘kepala’, ‘badan’ dan ‘kaki.’ Ketiga bagian
ini melambangkan ‘triloka’ atau tiga dunia, yaitu: bhurloka (dunia manusia),
bhuvarloka (dunia orang-orang yang tersucikan), dan svarloka (dunia para dewa).
Untuk lebih jelasnya, lihat Figure 1.
Pengaruh sistem 3 tahap hidup
religious manusia ini bertahan cukup lama. Bahkan ia banyak diadaptasi oleh
bangunan-bangunan yang dibangun pada masa yang lebih kekinian.
Bangunan-bangunan yang memiliki ciri seperti ini beranjak dari bangunan
spiritual semisal masjid maupun profan (biasa) semisal Gedung Sate di Bandung.
Arsitektur semacam candi ini sebagian
terus bertahan dan mempengaruhi bangunan-bangunan lain yang lebih modern.
Misalnya, Masjid Kudus mempertahankan pola arsitektur bangunan Hindu ini.
Masjid Kudus aslinya bernama Masjid Al Aqsa, dibangun Jafar Shodiq (Sunan
Kudus) tahun 1549 M. Yang unik adalah, sebuah menara di sisi timur bangunan
masjid menggunakan arsitektur candi Hindu.
Selain bentuk menara, sisa lain
arsitektur Hindu pun terdapat pada gerbang masjid yang menyerupai gapura sebuah
pura. Juga tidak ketinggalan lokasi wudhu, yang pancurannya dihiasi ornament
khas Hindu.
Banyak hipotesis yang diutarakan
mengapa Jafar Shodiq menempatkan arsitektur Hindu ke dalam sebuah masjid.
Hipotesis pertama mengasumsikan pembangunan tersebut merupakan proses
akulturasi antara budaya Hindu yang banyak dipraktekkan masyarakat Kudus
sebelumnya dengan budaya Arab-Persia yang hendak dikembangkan. Ini dimaksudkan
agar tidak terjadi Cultural Shock yang berakibat terasingnya orang-orang
pemeluk Islam baru sebab tercerabut secara tiba-tiba dari budaya mereka.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa
penempatan arsitektur Hindu diakibatkan para arsitek dan tukang yang membangun
masjid menguasai gaya bangunan Hindu. Ini berakibat hasil pembangunan mereka
bercorak Hindu.
Pengaruh arsitektur Hindu pun terjadi
pada bangunan yang lebih kontemporer semisal Gedung Sate yang terletak di Kota
Bandung. Gedung Sate didirikan tahun 1920-1924 dengan arsiteknya Ir. J. Gerber.
Ornamen-ornamen di bawah dinding gedung secara kuat bercirikan ornament masa
Hindu Indonesia. Termasuk pula, menara yang terletak di puncak atas gedung yang
mirip dengan menara masjid Kudus atau tumpak yang ada di bangunan suci Hindu di
daerah Bali.
Jika lebih didekati, maka bagian bawah
dinding Gedung Sate memuat ornament-ornamen khas Hindu. Tentu saja, arsitektur
Gedung Sate tidak murni berisikan arsitektur Hindu. Ia merupakan perpaduan
antara arsitektur Belanda dengan Lokal Indonesia.
Bangunan modern lain yang memiliki
nuansa arsitektur Hindu juga ditampakkan Masjid Demak. Nuansa arsitektur Hindu
pada masjid yang didirikan tahun 1466 M misalnya tampak pada atap limas yang
bersusun tiga, mirip dengan candi dimana bermaknakan bhurloka, bhuvarloka, dan
svarloka. Namun, tiga makna tersebut kemudian ditransfer kearah aqidah Islam
menjadi islam, iman, dan ihsan.
Ciri lainnya adalah bentuk atap yang
mengecil dengan kemiringan lebih tegak ketimbang atap di bawahnya. Atap
tertinggi yang berbentuk limasan ditambah hiasan mahkota pada puncaknya.
Komposisi ini mirip meru, bangunan tersuci di pura Hindu.
C. Pengaruh
Hindu-Buddha Dalam Bidang Kesusastraan
Dari India, masyarakat Indonesia
mengenal sistem tulis. Karya-karya tulis yang pertama ada di Indonesia ditulis
pada batu (prasasti) yang memuat peristiwa penting seputar raja atau kerajaan
tertentu. Pada masa berikutnya penulisan dilakukan di atas daun lontar (Latin: Borassus
flabellifer), batang bambu, lempengan perunggu, daun nifah (Latin: Nifa
frutican), dan kulit kayu, karena bahan-bahan tersebut lebih lunak daripada
batu, lebih mudah dijinjing dan bisa dibawa ke mana-mana, dan lebih tahan lama.
Pada masa Islam, penulisan dilakukan di atas dluwang (terbuat dari kulit
kayu pohon mulberry), kertas, logam mulia, kayu, serta kain.
Penulisan
pada bahan-bahan yang lebih lunak memungkinkan para penulis lebih leluasa dalam
bekarya. Awalnya mereka menulis karya-karya sastra dari India, seperti Mahabharata
dan Ramayana. Setelah menyalin dan menerjemahkan karya-karya
tersebut, mereka lalu mulai menggubah cerita yang asli ke dalam sebuah kitab.
Jadilah karya sastra yang indah dalam segi bahasa, meski sifat-sifat kesejarahannya
samar.
BAB III
PENUTUP
1.1. KESIMPULAN
Interaksi
bangsa Indonesia dengan bangsa India menghasilkan kebudayaan yang monumental.
Gugusan candi Gedong Sanga terlihat anggun di jajaran pegunungan Ungaran. Candi
tersebut dibangun pada masa awal kedatangan pengaruh Hindu di Indonesia. Selain
bangunan candi, di berbagai daerah juga ditemukan peninggalan sejarah yang
lain. Pengaruh India lain yang masuk Indonesia adalah Buddha. Seperti halnya
Hindu, pengaruh Buddha juga meninggalkan beragam bentuk peninggalan sejarah.
Penyebaran Budaya Hindu-Budha di Indonesia telah membawa berbagai dampak bagi
kehidupan di Indonesia. Budaya di Indonesia berakulturasi dengan budaya
Hindu-Budha sehingga mengenal berbagai hal seperti kesustraan, seni bangunan,
bahasa, wayang, maupun agama Hindu-Budha Budaya Indonesia sebelumnya pada waktu
itu pun mulai berasimilasi dan mengarah ke pengaruh budaya Hindu-Budha
yang masuk pada waktu itu. Sehingga Indonesia mejadi mengenal bermacam budaya
yang tentunya membawa dampak yang menguntungkan dan berguna bagi
amsayarakat Indonesia. Hingga sekarang pun budaya-budaya tersebut masih tetap
lestari di Indonesia walaupun sedikit berubah pemikirannya yang dipengaruhi
oleh perkembangan zaman.
1.2. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini tentunya kami sangat
menyadari bahwasannya masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu, kami sebagai
penulis meminta saran yang membangun dari para pembaca sekalian guna memotivasi
kami untuk lebih baik lagi dalam penyusunan makalah yaang akan datang.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih banyak atas
perhatian saudara-saudara sekalian yang telah menyempatkan waktunya untuk
membaca makalah kami ini. Semoga makalah kami ini bermanfaat gunaa menambah
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Nasrudin Muh, Warsito S.W, Nursa’ban Muh, Mari Belajar IPS VII, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, 2008
Iwan Setiawan dkk, Wawasan Sosial, Jakarta
: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional Indonesia, 2008
Rickflefs, M.
C. Sejarah Indonesia Modern. Yogyaarta : Gajah Mada university Press, 1998
Armia, “Makalah
Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia”, http://armia11ips104.blogspot.com/2012/10/makalah-kerajaan- hindu-budha-di.html, 18-09-2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar