BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia
internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan
untuk menyelesaikan m
asalah ini secara diplomasi, lewat perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian
Roem-van Roijen, dan Konferensi Meja Bundar.
Bersamaan perkembangan tersebut, Belanda kembali ke Indonesia
karena Belanda menganggap bahwa Belandalah yang berhak atas Indonesia. Hal
tersebut sesuai ketetapan hukum internasional, yang menyatakan bahwa setelah
Jepang kalah, maka Jepang berkewajiban mengembalikan semua daerah jajahannya
(termasuk Indonesia) kepada pemiliknya semula (Belanda). Atas pemikiran inilah
pada bulan September 1945 Belanda kembali ke Indonesia dengan membonceng
Inggris.
Dengan diboncengi Belanda, Inggris mendarat di Indonesia dalam
rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan sekutu guna mengatur pemindahan
kekuasaan dari tangan Jepang kepada pemilik semula Indonesia (Belanda).
B. TUJUAN
PENULISAN
- mengetahui sejarah
konflik Indonesia – belanda
- mengetahui kegigihan rakyat Indonesia dalam mempertahankan
NKRI
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
Persetujuan Linggajati yang ditandatangani pada tanggal 25 Maret
1947 antara Indonesia-Belanda sebagai upaya mengatasi konflik melalui jalur
diplomasi. Akan tetapi, Belanda mengingkari perundingan ini dengan jalan
melakukan agresi militer pertama pada tanggal 21 Juli 1947. Tujuan Belanda
tidak dapat melakukannya sekaligus, oleh karena itu untuk tahap pertama Belanda
harus mencapai sasaran sebagai berikut.
a. Bidang Politik
Pengepungan ibu kota
RI dan penghapusan RI dan peta (menghilangkan de facto RI).
b. Bidang Ekonomi
perebutan daerah-daerah penghasil bahan makanan (daerah beras di
Jawa Barat dan Jawa Timur) dan bahan ekspor (perkebunan di Jawa Barat, Jawa
Timur, dan Sumatera serta pertambangan dan perkebunan di Sumatera)
c. Bidang Militer
Penghancuran TNI
Jika tahap pertama ini dapat berhasil maka tahap berikutnya
adalah menghancurkan RI secara total. Ibu kota RI pada waktu itu terkepung
sehingga hubungan ke luar sulit dan ekonomi RI mengalami kesulitan karena
daerah-daerah penghasil beras jatuh ke tangan Belanda. Akan tetapi untuk
menghancurkan TNI mengalami kesulitan sebab TNI menggunakan siasat perang
rakyat semesta dengan bergerilya dan bertahan di desa-desa. Dengan demikian
Belanda hanya menguasai dan bergerak di kota-kota besar dan jalan-jalan raya,
sedangkan di luar itu masih dikuasai TNI
Dalam Agresi Militer pertama ini walaupun Belanda berhasil
menduduki beberapa daerah kekuasaan RI akan tetapi secara politis Republik
Indonesia naik kedudukannya di mata dunia. Negara-negara lain merasa simpati
seperti Liga Arab yang sejak 18 November 1946 mengakui kemerdekaan Indonesia.
Pemerintah Arab Saudi yang semula ragu-ragu
mengakui kemerdekaan Indonesia kemudian mengakui pula. Agresi militer
Belanda terhadap Indonesia mengakibatkan permusuhan negara-negara Arab terhadap
Belanda dan menjadi simpati terhadap Indonesia. Dengan demikian dapat menguatkan
kedudukan RI terutama di kawasan penting secara politik yaitu Timur Tengah.
Dengan adanya agresi militer pertama maka Dewan Keamanan PBB
ikut campur tangan dengan membentuk Komisi Tiga Negara. Melalui serangkaian
perundingan yakni Perundingan Renville dan Perundingan Kaliurang merupakan
upaya untuk mengatasi konflik. Sebagai negara yang cinta damai Indonesia
bersedia berunding, namun Belanda menjawab lagi dengan kekerasan yakni
melakukan agresinya yang kedua.
Pada Waktu Agresi Militer Belanda Kedua Pada tanggal 18 Desember 1948, pukul
23.30, Dr. Beel mengumumkan sudah tidak terikat lagi dengan perundingan
Renville. Pada tanggal 19 Desember 1948, pukul 06.00, Belanda melancarkan
agresinya yang kedua dengan menggempur ibu kota RI, Yogyakarta. Dalam peristiwa
ini pimpinan-pimpinan RI ditawan oleh Belanda.
Mereka adalah Presiden Soekamo, Wakil Presiden Moh. Hatta,
Syahrir (Penasthat Presiden) dan sejumiah menteri termasuk Menteri Luar Negeri
Agus Salim. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat di tepi Danau Toba dan
Wakil Presiden Moh. Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke
Bangka. Dengan ditawannya pimpinan-pimpinan negara RI dan jatuhnya Yogyakarta,
Dr. Beel menyatakan bahwa Republik Indonesia tidak ada lagi. Belanda mengira
bahwa dan segi militer aksi itu berhasil dengan gemilang. Belanda menyatakan
demikian karena akan membentuk Pemerintah Federal. Sementara tanpa
keikutsertaan Republik Indonesia. Padahal Republik Indonesia tetap ada dengan
dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Sebab sebelum
pasukan-pasukan Belanda tiba, pemerintah RI mengirimkan telegram kepada
Syafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran yang sedang berkunjung ke Sumatera
untuk Mendirikan Pemerintah Darurat RI
(PDRI). Seandainya Syafruddin tidak dapat menjalankan tugas, maka Presiden
Soekarno menugaskan kepada Dr. Sudarsono, L.N. Palar, dan Mr. A.A. Maramis yang
sedang di New Delhi untuk membentuk Pemerintah Pelarian (Exile Government) di
India. Pada tanggal 19 Desember 1948 Syafruddin Prawiranegara berhasil
mendirikan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukit tinggi,
Sumatera. Sementara itu sampai dengan Januari 1949, Belanda menambah pasukannya
ke daerah RI untuk menunjukkan bahwa mereka berkuasa. Akan tetapi kenyataannya
Belanda hanya menguasai di kota-kota dan jalan raya dan Pemerintahan RI masih
berlangsung sampai di desa-desa. Rakyat dan TNI bersatu berjuang melawan
Belanda dengan siasat perang gerilya. TNI di bawah pimpinan Jenderal Sudirman
menyusun kekuatan yang kemudian melancarkan serangan terhadap Belanda.
Alat-alat perhubungan seperti kawat-kawat telepon diputuskan, jalan-jalan
kereta api di rusak, jembatan: dihancurkan agar tidak dapat digunakan Belanda.
Jenderal Sudirman walaupun dalam keadaan sakit masih memimpin perjuangan dengan
bergerilya di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan menjelajahi daerah-daerah
pedesaan, naik gunung turun gunung. Route perjalanan yang ditempuh dan
Yogyakarta, Surakarta, Madiun, dan Kediri.
Pada tanggal 23 Desember 1948 Pemerintah Darurat RI di Sumatera
mengirimkan pemerintah Kepada wakil RI di PBB lewat radio yang isinya bahwa
pemerintah RI bersedia memerintahkan penghentian tembak menembak dan memasuki
meja perundinga
Ketika Belanda tidak mengidahkan Resolusi Dewan Keamanan PBB
tanggal 28 januri 1949 tentang penghentian tembak menembak dan mereka yakin bahwa
RI tinggal namanya, dilancarkanlah Serangan Umum 1 Maret 1949 sebagai bukti
bahwa RI masih ada dan TNI masih kuat. Dalam serangan ini pihak RI berhasil
memukul mundur kedudukan Belanda di Yogyakarta selama 6 jam.
Dengan Kenyataan-kenyataan di atas membuktikan bahwa pada waktu
konflik Indonesia- Belanda maka Negara Kesatuan RI tetap ada walaupun pihak
Belanda menganggap RI sudah tidak ada
DAFTAR PUSTAKA
http://fitria97.wordpress.com/tugas-tugas/ips/22-2/
http://perjuangankemerdekaanindonesia.blogspot.com/
http://historimaos.blogspot.com/2010/10/lks-bab
3.htmlhttps://sites.google.com/site/redaksisejarahindonesia/contact
file:///G:/Tugas%20Sekolah/KELAS%209/Sejarah/Internet/Pertempuran%20Melawan%20Sekutu%20di%20Berbagai%20Daerah%20-%20Bimbie.com.htm
http://perjuangankemerdekaanindonesia.blogspot.com/
http://historimaos.blogspot.com/2010/10/lks-bab
3.htmlhttps://sites.google.com/site/redaksisejarahindonesia/contact
file:///G:/Tugas%20Sekolah/KELAS%209/Sejarah/Internet/Pertempuran%20Melawan%20Sekutu%20di%20Berbagai%20Daerah%20-%20Bimbie.com.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar