Kata
Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayahNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
buku dengan judul ”Dinamika Perubahan
Atmosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”. Penulisan buku ini ditujukan utuk memenuhi tugas matakuliah Pengembangan Media Pembelajaran Geografi.
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”. Penulisan buku ini ditujukan utuk memenuhi tugas matakuliah Pengembangan Media Pembelajaran Geografi.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. Dalam
pembuatan buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran agar dapat lebih baik untuk ke depannya. Semoga buku ini dapat
bermanfaat untuk semua pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………2
DAFTAR ISI ………………………………………..3
IDENTIFIKASI
CIRI-CIRI LAPISAN ATMOSFER DAN PEMANFAATANNYA
Pengertian
Atmosfer………………………………….4
Lapisan
Atmosfer ……………………………………5
Pemanfaatan
Penyelidikan Atmosfer ………………..9
DINAMIKA
UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLIM
Penyinaran
Matahari………………………………….....11
Suhu Udara……………………………………………....15
Tekanan Udara……………………………………….….16
Angin…………………………………………….………17 Awan………………………………………………….…21
Kelembaban
Udara………………………………….…..25
KLASIFIKASI
BERBAGAI TIPE IKLIM
Iklim
dan Faktor Pembentuknya………………………...31
Macam - Macam iklim……………………………….….32
Gejala
Alam Penyebab Perubahan Iklim Global………. 54
DAFTAR
PUSTAKA………………………………..….60
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Atmosfer
atmosfer
adalah lapisan udara yang terdiri atas beberapa gas yang dipertahankan oleh
grafitasi bumi dan digunakan untuk melindungi bumi dari serangan luar. Udara
kering pada atmosfer mengandung gas nitrogen ±78% ,atmosfer semakin ke atas
cenderung berubah menjadi atom-atom gas.
Ilmu yang
mempelajari atmosfer disebut meteorology. Hal yang dipelajari meteorology
antara lain: awan, angin, guntur, gejala cahaya, endapan air di udara, dan
lain-lain.
2.
Lapisan Atmosfer
Atmosfer
terdiri dari lapisan – lapisan sebagai berikut:
a.
Troposfer: 0-12 km
1.
Lapisan
ini sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan di bumi. Di dalam lapisan
terjadi peristiwa-peristiwa cuaca, sepertiangi, hujan, awan, halilintar, dll.
2.
Troposferituterdiriatas
a)
Lapisan
planet air: 0-1 km
b)
Lapisan
konveksi: 1-8 km
c)
Lapisan
tropopause: 8-12 km
3.
Temperatur
troposfer relative tidak konstan, semakin tinggi suhu semakin rendah.
4.
Ketinggian
troposfer di kutub± 8 km suhu ± - 46 °C, di daerahsedang ± 11 km suhu ± -50 °C,
dan di daerah ekuator ketinggian ± 16 km dengan suhu ± -50 °C.
5.
Tropopause
yaitu lapisan pembatas antara lapisan troposfer dengan stratosfer.
b.
Stratosfer: 12-60 km
1.
Stratosfer
terdiri dari tiga lapisan
a)
Lapisan
isotherm
b)
Lapisan
panas
c)
Lapisan
campuran teratas
2. Pada stratosfer terbentuk lapisan O₃ pada ketinggian 35 km. Pada
stratosfer, perbedaan ketinggian menyebabkan perbedaan temperatur.
3. Lapisan ozon yaitu lapisan pelinding
tropofer dan permukaan bumi dari pencaran sinar ultraviolet yang berlebihan
sehingga tidak merusak kehidupan di bumi.
4. Stratopause merupakan lapisan peralihan
antara stratosfer dan mesosfer. Suhu di stratopause umumnya konstan.
5. Pada ketinggian 50 km, suhu 5˚C disebut
daerah stratopause
c.
Mesosfer: 60-80 km
1.
Mesosfer
terletak antara lapisan stratopause dan mesopause. Mesopause merupakan lapisan
peralihan antara lapisan mesosofer dengan stratosfer.
2.
Memiliki
temperatur -50˚C sampai 70˚C
3.
Merupakan
lapisan pelindung bumi dari kejatuhan meteor. Meskipun ada meteor yang sampai
ke permukaan bumi, namun sudah terbakar dan hancur sehingga yang sampai ke bumi
hanya kepingan pecahannya saja.
d.
Termosfer 80 – 100 km
1.
Memiliki
temperatur antara -40˚C sampai -5˚C
2.
Di
dalam lapisan ini sebagian molekul dan atom-atom udra mengalami ionisasi.
e.
Ionosfer: 100 – 800 km
1.
Memiliki
temperatur antara 0˚c sampai lebih dari 70˚C
2.
Di
dalam lapisan ini seluruh atom udara mengalami ionisasi
3.
Pada
lapisan ionosfer terdapat tiga lapisan sebagai berikut
a)
Lapisan
E atau lapisan Kennelly Heavyside (100 – 200 km)
b)
Lapisan
Fatau lapisan Appleton (200 – 400 km)
Pada
dua lapisan di atas gelombang radio mengalami pemantulan, yakni gelombang
panjang dan pendek.
f.
Eksosfer: lebih dari 800 km
1.
Lapisan
ini merupakan lapisan atmosfer bumi yang paling luar
2.
Pengaruh
gaya berat pada lapisan ini sangat kecil
3.
Benturan
antar bagian udara jarang terjadi
4.
Pada
lapisan ini, meteor mulai berinteraksi dengan susunan gas atmosfer bumi
3.
Manfaat Penyelidikan Atmosfer
Penyelidikan
atmosfer memiliki beberapa kegunaan, antara lain sebagai berikut.
1.
Untuk
mengadakan ramalan cuaca (prakiraan cuaca) jangka pendek atau jangka panjang.
Prakiraan
cuaca ini penting sekali bagi keperluan pertanian, penerbangan, pelayaran, dan
peternakan.
2.
Untuk
menyelidiki kemungkinan-kemungkinan diadakannya
hujan buatan.
3.
Untuk
mengetahui sebab-sebab gangguan radio, televisi, dan bagaimana cara memperbaiki
hubungan melalui udara.
4.
Untuk
mengetahui syarat-syarat hidup di lapisan udara bagian atas.
Tempat
menyelidiki atmosfer disebut stasiun meteorologi atau observatorium
meteorologi.
DINAMIKA
UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLIM
Keadaan atmosfer dapat diamati
setiap hari. Contoh, pada hari cerah, hari hujan, angin kencang, atau hari
mendung. Keadaan cuaca pada suatu tempat berubah-ubah setiap waktu. Cuaca
terjadi pada tempat yang tidak luas dan pada suatu saat, sedangkan iklim merupakan
rata-rat cuaca pada suatu wilayah yang luas pada waktu yang lebih lama.
Keadaan cuaca dapat diperkirakan
dengan pengamatan. Pengamatan dilakukan terhadap unsur-unsur cuaca seperti
penyinaran matahari, suhu udara, angin, awan, kelembaban, keadaan awan, dan
curah hujan.
1.
Penyinaran Matahari
Banyak
sedikitnya sinar yang diterima oleh bumi bergantung hal-hal sebagai berikut:
a.
Lamanya
penyinaran, makin lama penyinaran makin tinggi temperaturnya.
b.
Sudut
datangnya sinar matahari, makin miring sinar matahari (pagi dan sore) semakin
kurang panasnya.
Tempat
yang dipanasi sinar matahari yang datangnya miring lebih luas daripada yang
tegak (siang hari).
c.
Tinggi
rendahnya tempat, makin tinggi tempat temperaturnya makin kecil.
d.
Keadaan
udara, apabila udar banyak mengandung awan (uap) dan gas arang, maka panasnya
akan berkurang.
e.
Angin
dan arus laut, adanya angin dan arus laut yang datang dari daerah dingin akan
mendinginkan daerah yang dilalui.
f.
Keadaan
tanah, tanah yang licin dan putih banyak memantulkan panas. Tanah yang kasar
dan hitam banyak menyerap panas.
g.
Sifat
permukaan, daratan lebih cepat menerima panas daripada lautan.
Udara
itu bersifat diaterman, artinya dapat melewatkan panas matahari. Sifat
diaterman terdapat pada udara murni. Setelah panas matahari sampai ke permukaan
bumi, panas ini digunakan bumi untuk memanasi udara di sekitarnya. Udara dapat
menjadi panas karena proses konveksi, adveksi, turbulensi, dan konduksi.
a.
Konveksi adalah pemanasan udara secara
vertical. Penyebaran panas ino terjadi akibat adanya gerakan udara secara
vertical, sehingga udara di atas yang belum panas akan menjadi panas karena
pengaruh udara di bawahnya yang sudah panas.
b.
Adveksi adalah penyebaran panas secara
horizontal. Penyebaran panas ini terjadi akibat gerakan udara panas secara horizontal
yang menyebbakan udara di sekitarnya juga menjadi panas.
c.
Turbulensi adalah penyebaran panas secara
berputar-putar. Penyebaran panas akan menyebabkan udara yang sudah panas
bercampur dengan udara yang belum panas.
d.
Konduksi adalah pemanasan secara
kontak/bersinggungan. Pemanasan ini terjadi karena molekul-molekul udara yang
dekat dengan permukaan bumi akan menjadi panas seteleh bersinggungan dengan
bumi yang memiliki panas dari dalam. Molekul-molekul udara yang sudah panas bersinggungan
dengan molekul-molekul udara yang belum panas sehingga menjadi sama-sama panas.
Perbedaan
suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian suatu daerah dari permukaan laut. Makin
tinggi suatu tempat, makin rendah suhunya. Akibatnya, jenis tanaman yang bisa
tumbuh dengan baik juga berbeda-beda. Terjadinya perubahan suhu disebabkan oleh
faktor berikut.
1)
Ketinggian
tempat dari permukaan laut berbeda-beda. Setiap naik 100 m suhunya turun kurang
lebih 0,5˚C.
2)
Adanya
perbedaan siang dan malam. Suhu maksimum terjadi pada siang hari, antara pukul
13.00 – 14.00 dan suhu minimumnya terjadi menjelang pagi hari sekitar pukul
04.30.
2.
Suhu Udara
Suhu
udara diukur dengan thermometer. Thermometer maksimum digunakan untuk mengukur
suhu tertinggi dan thermometer minimum digunakan untuk mengukur suhu terendah.
Pengukuran panas dilakukan dalam waktu tertentu, biasanya dilakukan dalam satu
hari. Selang waktu satu jam, suhu yang terekam pada thermometer dicatat.
Keadaan suhu sepanjang hari juga dapat diamati dengan termograf dan kertas yang
berisikan catatan suhu yang disebut termogram.
Kertas termograf umumnya diganti setiap hari.
Catatan suhu pada termograf dan thermometer
dapat menunjukkan adanya perubahan suhu udara sepanjang hari. Angka derajad panas sepanjang hari dirata-ratakan, sehingga mendapatkan
suhu tertentu yang disebut suhu harian. Dari catatan suhu setiap hari ternyata
suhu harian pun tidak sama. Suhu harian selama sebulan dirata-ratakan juga,
sehingga kita peroleh suhu bulanan. Suhu bulanan itu tidak sama dalam setahun. Suhu udara di
daerah rendah lebih tinggi daripada pegunungan. Demikian suhu udara di daerah
tropis lebih tinggi daripada di daerah sedang dan kutub.
3.
Tekanan Udara
Permukaan
bumi mandapat tekanan dari udara,karena udara memiliki massa. Besar tekanan
udara dapat diukur dengan barometer. Barometer
air raksa merupakan hasil percobaan Torricelli pada tahun 1643. barometer air
raksa tidak mudah dibawa ke mana-mana. Sebagai gantinya dipergunakan barometer aneroid.
Makin
tinggi suatu tempat dari muka laut, makin endah tekanan udaranya. Hal ini
disebabkan oleh makin berkurangnya udara yang menekan. Tekanan udara dihitung
dengan menggunakan satuan milibar. Garis pada peta yang menghubungkan tekanan
udara sama disebut isobar.
4.
Angin
Perbedaan
tekanan udara di beberapa tempat menimbulkan aliran udara. Aliran ini
berlangsung dari tempat yang tekanan udaranya tinggi ke tempat yang tekanan
udaranya rendah. Udara yang mengalir inilah yang diebut angin.
Arah
dan kecepatan angin dapat diketahui dengan bermacam-macam cara, antara lain
dengan bendera angin. Arah angin dinyatakan dalam derajat: 360˚ atau 0˚ berarti
angin utara; 90˚ angin timur; 180˚ angin selatan; dan 270˚ angin barat.
Besarnya
kecepatan angin dapat ditentukan dengan alat yang disebut anemometer. Biasanya digunakan anemometer mangkok. Bagian penting
dari alat ini adalah tiga atau empat mangkok yang dapat berputar pada sumbu
tegak lurus. Kalau bagian yang cekung ditimpa angin, maka berputarlah
mangkok-mangkok itu. Kecepatan angin dapat dibaca pada skala. Arah dan
kecepatan angin pada suatu saat juga dapat diketahui melalui anemometer dan
hasil catatannya disebut anemogram.
Kecepatan angin
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain, sebagai berikut.
(1) Gradien
barometrik
Gradien barometrik
yaitu angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara melalui dua garis isobar
yang dihitung untuk tiap-tiap 111 km = 1° di ekuator. Satuan jarak diambil dari
1° di ekuator yang panjangnya sama dengan 111 km (1/360 × 40.000 km = 111 km).
(2) Hukum
Stevenson
Hukum ini menyatakan
bahwa kecepatan angin bertiup berbanding lurus dengan gradien barometriknya.
Semakin besar gradien barometriknya semakin besar kecepatannya.
(3) Relief
permukaan bumi
Angin bertiup
kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak adarintangan dan sebaliknya.
(4) Ada tidaknya
pohon-pohon yang lebat dan tinggi
Kecepatan angin
dapat dihambat oleh adanya pohon-pohon yang lebat dan tinggi. Buys Ballot
seorang meteorolog berkebangsaan Belanda membuat hukum mengenai arah angin,
yaitu:
”Udara
mengalir dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum. Arah
angin akan membelok ke kanan di belahanbumi utara, serta membelok ke kiri di
belahan bumi selatan”.
Pembiasan arah
angin terjadi disebabkan oleh rotasi bumi dari barat ke timur, serta bentuk
bumi yang bulat. Kekuatan dan kecepatan angin dapat ditentukan dengan skala
Beaufort
5.
Awan
Awan
adalah kumpulan tetesan air (kristal-kristal es) di dalam udara di atmosfer
yang terjadi karena adanya pengembunan/pemadatan uap air yang terdapat dalam
udara setelah melampaui keadaan jenuh.
Pembagian
awan menurut para pakar:
(1) Awan
tinggi, berada pada ketinggian
antara 6 km–12 km, terdiri dari kristalkristal es karena ketinggiannya.
Kelompok awan tinggi, antara lain sebagai berikut.(a) Cirrus (Ci): Awan ini halus dengan struktur seperti serat, berbentuk menyerupai bulu burung dan tersusun seperti pita yang melengkung di langit sehingga tampak bertemu di satu atau dua titik pada horizon, dan sering terdapat kristal es. Awan ini tidak menimbulkan hujan.
(b) Cirro Stratus (Ci-St):
Awan ini berbentuk menyerupai kelambu putih yang halus dan rata menutup seluruh langit sehingga tampak cerah, atau terlihat seperti anyaman yang bentuknya tidak beraturan. Awan ini sering menimbulkan terjadinya hallo, yaitu lingkaran yang bulat dan mengelilingi matahari atau bulan, dan biasa terjadi pada musim kering.
(c) Cirro Cumulus (Ci-Cu): Awan ini berpola terputus-putus dan penuh dengan kristal-kristal es sering kali berbentuk seperti segerombolan domba dan sering dapat menimbulkan bayangan di permukaan bumi.
(2) Awan menengah, berada pada ketinggian antara 3–6 km. Kelompok awan menengah, antara lain sebagai berikut.
(a) Alto Cumulus (A-Cu): Awan ini berukuran kecil-kecil, tetapi berjumlah banyak dan berbentuk seperti bola yang agak tebal berwarna putih sampai pucat dan ada bagian yang kelabu. Awan ini bergerombol dan sering berdekatan sehingga tampak saling bergandengan.
(b) Alto Stratus (A-St): Awan ini bersifat luas dan tebal dengan warna awan adalah kelabu.
(3) Awan rendah, berada pada ketinggian kurang dari 3 km. Kelompok awan rendah, antara lain sebagai berikut.
(a) Strato Cumulus (St-Cu): Awan ini berbentuk bola-bola yang sering menutupi seluruh langit sehingga tampak menyerupai gelombang di lautan. Jenis awan ini relatif tipis dan tidak menimbulkan hujan.
(b) Stratus (St): Awan ini berada pada posisi yang rendah dan agihan yang sangat luas dengan ketinggian <2000 m. Jenis awan ini menyebar seperti kabut dan tampak berlapis-lapis. Antara kabut dan awan stratus pada dasarnya tidak berbeda. Awan ini tidak menimbulkan hujan.
(c) Nimbo Stratus (Ni-St): Awan ini berbentuk tidak menentu dengan tepi compang-camping tak beraturan. Awan ini hanya menimbulkan hujan gerimis, berwarna putih kegelapan, dan penyebarannya di langit cukup luas.
(4) Awan yang terjadi karena udara naik, berada pada ketinggian antara 500 m–1.500 m. Kelompok awan ini, antara lain sebagai berikut.
(a) Cumulus (Cu): Awan tebal dengan puncak-puncak yang agak tinggi, terbentuk pada siang hari karena udara yang naik, dan akan tampak terang jika mendapat sinar langsung dari matahari dan terlihat bayangan berwarna kelabu jika mendapat sinar matahari dari samping atau sebagian saja.
(b) Cumulus Nimbus (Cu-Ni): Awan inilah yang dapat menimbulkan hujan dengan kilat dan guntur, bervolume besar dengan ketebalanyang tinggi, posisi rendah dan puncak yang tinggi sebagai menara atau gunung dengan puncaknya yang melebar.
6.
Kelembaban Udara
Kelembapan udara dapat dibedakan menjadi dua
yaitu: kelembapan mutlak dan kelembapan nisbi. Kelembapan
mutlak (absolut) ialah jumlah massa uap air yang ada dalam suatu
satuan volume di udara. Kelembapan nisbi (relatif) ialah
banyaknya uap air di dalam udara berupa perbandingan antara jumlah uap air yang
ada dalam udara saat pengukuran dan jumlah uap air maksimum yang dapat
ditampung oleh udara tersebut.
Angka-angka persentase
tersebut menunjukkan bahwa jika suhu udara naik, kelembapan relatifnya
berkurang. Oleh sebab itu, nilai kelembapan relatif tertinggi terjadi pada pagi
hari dan nilai terendah terjadi pada sore hari. Alat yang digunakan untuk
mengukur kelembapan nisbi adalah higrometer rambut. Higrometer yang
mencatat kelengkapan data secara geometris disebut higrograf.
7.
Curah Hujan
Hujan atau presipitasi
ialah peristiwa jatuhnya butir-butir air atau es dari lapisan-lapisan
troposfer ke permukaan bumi. Banyaknya hujan yang jatuh pada suatu tempat di
bumi dapat diketahui dengan mengukur besarnya curah hujan tersebut menggunakan
alat penakar hujan. Ada pula beberapa sebutan untuk alat penakar hujan yaitu
sering disebut fluviometer ataupun ombrometer.
Besarnya curah
hujan tidak merata di setiap wilayah Indonesia. Jumlah curah hujan tidak sama
sepanjang tahun, paling banyak ialah selama bertiup angin musim barat. Ada
bermacam-macam jenis hujan yang dapat dijelaskan berikut ini.
(1) Hujan zenithal, adalah hujan yang terjadi di daerah tropis, disebut
juga hujan naik ekuatorial, biasa terjadi pada waktu sore hari setelah terjadi
pemanasan maksimal antara pukul 14.00–15.00. Di daerah tropis selama setahun
mengalami dua kali hujan zenithal, sedangkan daerah lintang 23½° LU/LS
mengalami satu kali hujan zenithal. Di daerah tropis, daerah lintang 10° LU–10°
LS, hujan ini terjadi bersamaan waktunya dengan kedudukan matahari pada titik
zenitnya, atau beberapa waktu sesudahnya.
(2) Hujan muson, adalah
hujan yang terjadi di daerah-daerah muson dan dipengaruhi angin muson.
(3) Hujan siklonal, adalah
hujan yang terjadi karena udara panas naik disertai angin berputar atau cyclon.
Karena kondisi di atas dingin, udara menjadi jenuh, dan setelah itu terjadilah
prosesi kondensasi yang menimbulkan awan dan akhirnya hujan siklonal terjadi.
(4) Hujan musim dingin, adalah
hujan yang terjadi di daerah-daerah subtropis. Daerah subtropis di pesisir
barat kontinen-kontinen pada waktu musim dingin mengalami hujan, ketika
matahari berada pada posisi nadir. Daerah hujan musim dingin, antara lain:
Portugal, Spanyol, Afrika Utara, Palestina, Mesopotamia, dan California Barat
Daya.
(5) Hujan musim panas, adalah
hujan yang terjadi di daerah subtropis, di sekitar pesisir timur
kontinen-kontinen. Daerahnya terletak antara 30°– 40° LU/LS, yaitu sebelah
tenggara Amerika Serikat, Argentina Utara, Uruguay, Cina Timur, Jepang, dan
lain-lain.
(6) Hujan frontal, adalah
hujan yang terjadi jika massa udara yang dingin dengan kekuatan besar memecah
massa udara yang panas dan kemudian massa yang lebih ringan terangkat ke atas.
Pergolakan udara dengan pusaran-pusaran bergerak ke atas sehingga bertemulah
massa udara panas dan dingin yang dibatasi oleh garis yang disebut garis front.
Di sekitar garis inilah terbentuk awan yang bergumpal dan bergerak ke atas
dengan cepat sehingga terjadilah hujan lebat atau hujan frontal.
(7) Hujan pegunungan atau hujan orografis, adalah hujan yang terjadi di daerah pegunungan, di
mana udara yang mengandung uap air bergerak naik ke atas pegunungan. Gerakan
itu menurunkan suhu udara tersebut sehingga terjadi kondensasi dan turunlah
hujan pada lereng yang berhadapan dengan arah datangnya angin.
Beberapa daerah
yang jarang turun hujan adalah di daerah pedalaman benua. Misalnya, Gurun
Sahara, Gurun Gobi, Daerah Tibet, Semenanjung Arabia, pedalaman Persia,
Turkistan, bagian barat Afrika Selatan, dan di sebagian daerah subtropis.
Sebutan daerah
basah dan kering sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya curah hujan yang
turun di daerah tersebut. Daerah basah mempunyai curah hujan tinggi, di atas
3.000 mm/tahun. Contohnya adalah Dataran Tinggi Sumatra Barat, Sibolga, Ambon,
Bogor, Batu Raden, dan Dataran Tinggi Irian Jaya (Papua). Daerah kering
mempunyai curah hujan rendah, kurang dari 1.000 mm/tahun. Contohnya adalah
daerah padang rumput di Nusa Tenggara dan sekitar Palu dan Luwuk di Sulawesi
Tengah.
Daerah di sekitar
garis ekuator 0°–10° LU/LS secara umum merupakan daerah panas dan daerah dingin
terletak antara 66 ½°–90° LU/LS. Di samping itu, letak lintang dan tinggi
tempat menentukan panas dinginnya suatu daerah di muka bumi. Misalnya:
(1) Zona panas,
terletak di ketinggian 0–700 meter dpl.
(2) Zona sedang
terletak di ketinggian antara 700–1.500 meter dpl.
(3) Zona sejuk
terletak di ketinggian antara 1500–2.500 meter dpl.
(4) Zona dingin
terletak di ketinggian antara 2.500–3.300 meter dpl.
KLASIFIKASI
BERBAGAI TIPE IKLIM
Beberapa faktor
yang berpengaruh terhadap kondisi iklim di suatu tempat, sebagai berikut:
(1) letak garis
lintang,
(2) tinggi tempat,
(3) banyak
sedikitnya curah hujan yang jatuh,
(4) posisi daerah:
dekat dengan laut, gunung, dataran pasir, atau dengan bentang alam lain,
(5) daerah
pegunungan yang dapat memengaruhi posisi bayangan hujan,
(6) keadaan awan
dan suhu udara,
(7) pengaruh luas
daratan,
(8) kelembapan
udara dan keadaan awan,
(9) pengaruh arus
laut,
(10) panjang
pendeknya musim setempat, dan
(11) pengaruh
topografi dan penggunaan lahan (vegetasi).
Macam-macam iklim
yang disesuaikan dengan dasar dalam pembagian daerah-daerah iklim sebagai
berikut.
(1) Iklim Matahari
Dasar perhitungan
dalam melakukan pembagian daerah iklim matahari adalah kedudukan dan pergeseran
semu matahari yang memengaruhi banyaknya sinar matahari yang diterima oleh
permukaan bumi. Karena matahari selalu bergeser di antara lintang 23½° LU
sampai dengan 23½° LS, terjadilah perbedaan penyinaran di muka bumi. Secara
teoritis dapat dinyatakan bahwa makin jauh suatu tempat dari khatulistiwa,
makin besar sudut datang sinar matahari. Ini berarti makin sedikit pula jumlah
sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Pembagian daerah iklim
matahari berdasarkan pada letak garis lintangnya, sebagai berikut.
i. Daerah iklim
tropis, berada pada 0° LU–23½° LU dan 0° LS–23½° LS.
ii. Daerah iklim
sedang, berada pada 23½°LU–66½° LU dan 23½° LS– 66½° LS.
iii. Daerah iklim
dingin, berada pada 66½° LU–90° LU dan 66½° LS–90° LS.
Karena pembagian iklim matahari
didasarkan pada suatu teori, temperatur udara makin rendah jika letaknya makin
jauh dari khatulistiwa, para ahli menyebut iklim matahari dengan istilah
iklim teoritis. Pada kondisi yang sebenarnya di beberapa tempat terjadi
distorsi terhadap teori tersebut.
(2) Iklim Fisis
Iklim fisis ialah
iklim yang pembagiannya didasarkan pada kenyataan kondisi sebenarnya suatu
daerah yang disebabkan pengaruh lingkungan alamnya. Faktor-faktor lingkungan
itu sebagai berikut:
(a) pengaruh
daratan yang luas,
(b) pengaruh
penutup lahan (vegetasi),
(c) pengaruh
topografi (relief),
(d) pengaruh arus
laut,
(e) pengaruh
lautan, dan
(f) pengaruh
angin.
Iklim fisis dapat
dibedakan menjadi:
(a) iklim laut
atau maritim,
(b) iklim darat
atau kontinental,
(c) iklim dataran
tinggi,
(d) iklim gunung
dan pegunungan, dan
(e) iklim musim
(muson).
(3) Iklim Menurut Koppen
Pada tahun 1918,
seorang ahli iklim Jerman bernama W. Koppen membagi dunia menjadi lima zona
iklim pokok berdasarkan temperatur dan hujan, dengan menggunakan ciri-ciri
temperatur dan hujan berupa huruf-huruf besar dan huruf-huruf kecil. Kelima
iklim pokok tersebut masih dirinci lagi menjadi sebelas macam iklim sebagai
variasinya.
Ciri-ciri
temperatur menurut Koppen sebagai berikut.
(a) Temperatur
normal dari bulan-bulan terdingin paling rendah 18°C. Suhu tahunan antara 20°C
sampai 25°C dengan curah hujan rata-rata dalam setahun > 60 mm.
(b) Temperatur
normal dari bulan-bulan yang terdingin antara 18°C – 3°C.
(c) Temperatur
bulan-bulan terdingin < 3°C.
(d) Temperatur
bulan-bulan terpanas > 0°C.
(e) Temperatur
bulan-bulan terpanas < 10°C.
(f) Temperatur
bulan-bulan terpanas <0°–10°C.
(g) Temperatur
bulan-bulan terpanas < 0°C.
Koppen membedakan
iklim menjadi lima kelompok utama, sebagai berikut.
(a) Iklim A yaitu
iklim khatulistiwa yang terdiri atas:
(1) Af : iklim
hutan hujan tropis
(2) Aw : iklim
sabana
(b) Iklim B yaitu
iklim subtropik yang terdiri atas:
(1) BS : iklim
stepa
(2) BW : iklim
gurun
(c) Iklim C yaitu
iklim sedang maritim yang terdiri atas:
(1) Cf : iklim
sedang maritim tidak dengan musim kering
(2) Cw : iklim
sedang maritim dengan musim dingin yang kering
(3) Cs : iklim
sedang maritim dengan musim panas yang kering
(d) Iklim D yaitu
iklim sedang kontinental yang terdiri atas:
(1) Df : iklim
sedang kontinental yang selalu basah
(2) Dw : iklim
sedang kontinental dengan musim dingin yang kering
(e) Iklim E yaitu
iklim arktis atau iklim salju yang terdiri atas:
(1) ET : iklim
tundra
(2) EF : iklim
dengan es abadi
Ciri iklim di
pegunungan menurut Koppen sebagai berikut:
(1) Iklim RG :
iklim pegunungan ketinggian < 3.000 m.
(2) Iklim H :
iklim pegunungan ketinggian > 3.000 m.
(3) Iklim RT :
iklim pegunungan sesuai dengan ciri- ciri iklim ET (tundra).
(4) Iklim Menurut Oldeman
Oldeman
mengklasifikasikan iklim berdasar pada banyaknya bulan basah dan bulan kering
dalam penentuan tipe iklimnya yang dikaitkan dengan sistem pertanian di suatu
daerah tertentu, yaitu kebutuhan air yang digunakan tanaman pertanian untuk
hidup. Penggolongan iklim tersebut lebih sering disebut zona agroklimat.
Curah hujan
merupakan sumber utama dari tanaman yang beririgasi nonteknis (tadah hujan).
Tanaman pertanian pada umumnya dapat tumbuh normal dengan curah hujan antara
200 mm – 300 mm, dan curah hujan di bawah 200 mm sudah mencukupi untuk tanaman
palawija. Zona agroklimat pada klasifikasi in dibagi menjadi lima
subdivisi utama. Kemudian dari tiap-tiap subdivisi tersebut terdapat bulan
kering yang berurutan sesuai dengan masa tanamnya, dengan tidak menambahkan
faktor-faktor lain yang memengaruhinya, tetapi penggolongan iklim ini sangat
berguna bagi pemanfaatan lahan pertanian dan cenderung bersifat ringkas dan
praktis.
Berdasarkan jumlah
bulan basah dan bulan kering yang telah diketahui tersebut, pengelolaan lahan
pertanian mendapatkan informasi yang berguna dalam perencanaan pola tanam dan
sistem tanamnya. Hasil ini juga sangat mungkin digunakan untuk kepentingan lain
selain bidang pertanian.
Kondisi iklim dan
cuaca suatu wilayah berpengaruh besar terhadap keadaan makhluk hidup yang
tinggal di dalamnya. Di samping manusia, flora dan fauna unsur abiotik pun
sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Bentang alam, bentang budaya, kebiasaan
hidup, bahkan tradisi hidup manusia di suatu daerah merupakan cerminan dari
kondisi iklim daerah tersebut. Kondisi tersebut dapat dilihat dari jenis bahan
dan bentuk rumah, jenis dan bentuk pakaian, makanan pokok penduduk, jenis alat
transportasi, dan sebagainya.
1)
Korelasi antara Tipe Iklim dan Bentang Alam
Bentang lahan
adalah gabungan dari bentuk lahan, yaitu kenampakan tunggal seperti bukit atau
sebuah lembah sungai. Kombinasi dari kenampakan-kenampakan tersebut membentuk
suatu bentang lahan. Bentang alam adalah bagian yang tampak langsung di alam
seperti permukaan tanah, vegetasi, dan daerah perairan. Perubahan bentang alam
relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan bentang budaya. Komponen bentang
alam relatif stabil keberadaannya, sedangkan bentang budaya yang terdiri dari
komponen pokok manusia dan juga lingkungannya lebih bersifat dinamis dan selalu
mengalami perubahan.
Perubahan
penggunaan lahan dari hutan ke pertanian merupakan salah satu ciri perubahan
bentang alam yang stabil menjadi bentang budaya akibat interaksi dan kebutuhan
manusia untuk mempertahankan hidupnya.
Iklim di suatu
tempat dapat mencerminkan sejauh mana kemajuan peradaban dan kebudayaan di
suatu tempat. Hal tersebut terjadi karena faktor berikut.
a) Iklim dapat
membatasi atau mendukung aktivitas dan perilaku manusia
1. Manusia
cenderung memilih tempat tinggal di daerah yang beriklim baik. Contohnya di
daerah beriklim sedang, artinya tidak terlalu panas ataupun dingin dan terdapat
sumber air.
2. Bidang-bidang
usaha tertentu seperti pertanian dan perkebunan, sangat dibatasi oleh kondisi
iklim yang ekstrem yaitu terlalu dingin, panas, atau kering.
b) Kesehatan
manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi dan perubahan iklim
1. Penyakit yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk seperti demam berdarah dan malaria terjadi
pada musim penghujan dan terjadinya genangan-genangan air.
2. Penyakit diare
dan muntah berak terjadi pada musim panas yang banyak hujan, yang biasanya
disebabkan oleh sanitasi dan tingkat kebersihan penduduk yang kurang karena
pengaruh hujan.
2) Iklim dan
Pengaruhnya terhadap Jenis-Jenis Vegetasi Alam
Faktor iklim suatu
daerah berpengaruh besar terhadap persebaran floranya, terutama jumlah hujan
dan temperaturnya. Tumbuhan di Indonesia hidup sepanjang tahun karena suhu
rata-rata yang cukup tinggi dan didukung persediaan air yang cukup. Kondisi ini
lain dengan negaranegara di daerah subtropis yang mengalami musim gugur.
Di Indonesia
terdapat perbedaan jenis tumbuhan dan kemampuan tumbuh flora di daerah yang
satu dengan daerah yang lain. Berdasarkan jumlah hujan yang berbeda-beda itu,
flora di Indonesia dibagi menjadi sebagai berikut.
a) Hutan Hujan Tropis
Hutan ini terdiri
dari tumbuh-tumbuhan berpohon besar dan rindang yang berada di daerah dengan
suhu tinggi dan curah hujan yang tinggi pula. Tumbuhan yang hidup seperti
kamper, meranti, kruing, rotan, dan tumbuhan lainnya. Karakter lain adalah
adanya tumbuhan epifit yang hidup pada pohon-pohon besar tersebut, antara lain,
anggrek dan rotan. dalam hutan hujan tropis. Di Indonesia sebaran hutan hujan
tropis berada di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, dan Papua.
b) Hutan Musim
Hutan musim adalah
hutan yang keberadaan tanaman di dalamnya sangat tergantung oleh musim, disebut
juga hutan meranggas. Hutan meranggas berarti hutan yang daun-daunnya meranggas
di musim kemarau dan akan tumbuh lagi ketika musim hujan datang. Hutan ini
dapat ditemui pada daerah beriklim sedang yang terlihat dengan nyata adanya
musim gugur dan musim semi. Di Indonesia sebaran hutan musim terdapat di Jawa
dan Sulawesi yang berupa hutan jati, sengon, dan akasia.
c) Sabana
Sabana merupakan
padang rumput yang berselang-seling dengan semak belukar dan berada pada daerah
dengan suhu yang tinggi dengan curah hujan sedikit. Di Indonesia sabana
terdapat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, juga di sebagian
Sulawesi Tengah.
d) Stepa
Stepa merupakan
padang rumput di daerah dengan curah hujan sedikit dan bersuhu udara tinggi. Di
Indonesia stepa dapat ditemui di SulawesiTengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur.
3)
Hubungan Ketinggian Tempat dengan Jenis Vegetasi
Makin tinggi suatu
tempat dari permukaan laut, suhunya akan semakin dingin. Oleh karena itu, suhu
di daerah pegunungan lebih dingin dibandingkan dengan dataran rendah. J.W.
Junghuhn mengklasifikasikan sebagai berikut:
a) daerah
panas, dengan ketinggian antara 0–700 meter dpl, merupakan areal yang
tepat untuk pertumbuhan tanaman perkebunan seperti: cokelat, kopi, karet,
tembakau, dan kelapa;
b) daerah
sedang, dengan ketinggian antara 700–1.500 meter dpl, merupakan areal yang
tepat untuk tanaman perkebunan seperti: pinang, kopi, teh, dan kina;
c) daerah
dingin, dengan ketinggian antara 1.500–2.500 meter, merupakan areal yang
tepat untuk jenis tanaman cemara;
d) daerah
sangat dingin, dengan ketinggian antara 2.500–3.500 meter, merupakan areal
yang tepat untuk rumput-rumput kerdil dan hutan alpin;
e) daerah
salju, yang berketinggian >3.500 meter, merupakan areal yang tidak
mampu ditumbuhi tanaman karena permukaannya diliputi salju.
4)
Hubungan Bentang Lahan dan Keadaan Tanah dengan Jenis Vegetasi
Bentang lahan
dengan tanah subur yang berasal dari material vulkanis merupakan tempat yang
biasa ditumbuhi oleh hutan lebat dan berbagai macam tumbuhan di dalamnya.
Daerah ini mempunyai jenis tanaman yang beraneka ragam yang biasa disebut hutan
heterogen. Bentang lahan dengan tanah kurang subur yaitu di tanah yang tandus
yang biasanya merupakan lapukan dari material kapur, lebih banyak ditumbuhi
oleh semak belukar, rumput, dan alang-alang. Bentang lahan daerah pantai
berawa-rawa dan bertanah lumpur yang biasa disebut daerah rawa, didominasi oleh
tumbuhan hutan mangrove (bakau).
5)
Distribusi Jenis-Jenis Vegetasi Alam
Di dunia komunitas
organisme tumbuhan dibagi menjadi enam macam tumbuhan utama yang tersebar
sepanjang perubahan kekeringan dan kelembapan. Enam macam komunitas tumbuhan
tersebut adalah sebagai berikut.
a) Padang Rumput
Daerah padang
rumput mempunyai kisaran curah hujan sebesar 250 mm sampai dengan 500 mm/tahun,
dan pada beberapa padang rumput, curah hujan dapat mencapai 1.000 mm. Daerah
ini terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika. Karena hujan
yang turun tidak teratur dan kondisi porositas rumput yang relatif rendah,
tumbuhan kesulitan dalam mendapatkan air, sehingga hanya tumbuhan rumput yang
mampu bertahan hidup dan beradaptasi dengan kondisi tersebut.
b) Gurun
Daerah gurun
mempunyai kisaran curah hujan sekitar 250 mm/tahun atau kurang sehingga
termasuk curah hujan rendah dan tidak teratur. Gurun banyak terdapat di daerah
tropis yang berbatasan dengan padang rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke
arah gurun, biasanya makin jauh dari padang rumput kondisinya makin gersang.
Panas yang tinggi
karena teriknya matahari mencapai >40°C sehingga menimbulkan suhu yang panas
di siang hari dan penguapan yang tinggi pula. Amplitudo harian yaitu perbedaan
pada siang dan malam hari sangat besar. Tumbuhan yang hidupmenahun di gurun
adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap kekurangan air dan penguapan
yang cepat, sehingga tumbuhan yang hidup di gurun biasanya berdaun kecil
seperti duri atau tidak berdaun, tetapi berakar panjang untuk mengambil air.
Jaringan spons pada tumbuhan di sini berfungsi menyimpan air.
c) Tundra
Daerah tundra
memiliki dua musim yaitu musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas
yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah tersebut hanya terdapat di
belahan bumi utara dan terletak di sebagian besar lingkungan kutub utara.
Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan karena matahari
hanya mencapai 23½° LU/LS.
Jenis lumut yang
hidup, antara lain, lumut kerak dan sphagnum. Tumbuhan semusim di
daerah tundra biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dengan masa
pertumbuhan yang sangat pendek. Tumbuhan di daerah ini mampu beradaptasi
terhadap keadaan dingin meskipun dalam keadaan beku masih tetap bertahan hidup.
d) Hutan Basah
Hutan-hutan basah
tropika di seluruh dunia mempunyai persamaan, di antaranya, terdapatnya
beratus-ratus spesies tumbuhan di dalamnya. Sepanjang tahun hutan basah
mendapatkan cukup air sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka
waktu yang lama sehingga komunitas hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan
basah tropika terdapat di daerah tropika dan subtropika, misalnya, di
Indonesia, daerah Australia bagian Irian Timur, Amerika Tengah, dan Afrika
Tengah.
Ketinggian
pohon-pohon utama berkisar antara 20 - 40 meter dengan cabang-cabangnya yang
lebat sehingga membentuk tudung (canopy) yang mengakibatkan hutan
menjadi gelap. Tidak ada sumber air lainnya selain air hujan, dan air hujan
sulit mencapai dasar hutan tersebut secara langsung. Di dalam hutan ini juga
terdapat perubahan-perubahan iklim, tetapi hanya bersifat mikro (dari todung
hutan sampai dasar hutan saja). Kelembapan di hutan basah tinggi dan suhu
sepanjang hari hampir sama sekitar 25°C.
e) Hutan Gugur
Hutan gugur tumbuh
di daerah beriklim sedang. Di sana umumnya juga terdapat padang rumput dan
gurun. Curah hujan merata sepanjang tahun sebesar 750 sampai 1.000 mm per
tahun. Terdapat pula musim dingin dan musim panas yang dengan adanya musim
tersebut tumbuhan di sana beradaptasi dengan menggugurkan daunnya menjelang
musim dingin.
Musim gugur adalah
musim yang ada sebelum musim dingin tiba. Tumbuhan yang bersifat menahun dari
musim gugur sampai dengan musim semi berhenti pertumbuhannya, sedangkan
tumbuhan yang sifatnya semusim akan mati pada musim dingin. Tumbuhan semusim
hanya meninggalkan bijinya saja dan hanya mampu bertahan pada suhu dingin, dan
akan berkecambah pada saat menjelang musim panas tiba.
f) Taiga
Taiga adalah hutan
pohon pinus yang daunnya seperti jarum dan merupakan bioma yang hanya terdiri
atas satu spesies pohon. Daerah persebarannya terdapat di belahan bumi utara
seperti Rusia, Siberia, dan Kanada.
Beberapa contoh
pohon yang hidup di hutan taiga, antara lain: konifer, terutama pohon spruce
(picea), alder (alnus), birch (betula), dan juniper (juniperus).
Masa pertumbuhan spesies ini pada musim panas, berlangsung antara 3 sampai
dengan 6 bulan.
1) Efek
Rumah Kaca
Efek rumah kaca
adalah terjadinya peningkatan suhu udara di muka bumi akibat semakin banyaknya
gas pencemar di dalam udara. Industri-industri, pabrik-pabrik, kendaraan
bermotor, dan semua sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia yang menggunakan
bahan bakar bensin, solar, minyak tanah, dan batu bara menghasilkan gas buang
berupa: CO2, CO, NO2, SO2, HCN, HCl, H2S, HF, dan NH4 yang terus meningkat
jumlahnya.
Besarnya CO2 dan
gas pencemar lain yang terakumulasi semakin hari semakin tinggi, hal tersebut
menghambat radiasi sinar matahari yang mencapai permukaan bumi. Sinar matahari
sebagian dipantulkan oleh akumulasi gas-gas pencemar tersebut kembali ke
angkasa, tetapi tertahan oleh gas lain yang kembali dipantulkan ke bumi yang
berakibat semakin panasnya udara di permukaan bumi. Kenaikan suhu bumi ini akan
berakibat lebih jauh yaitu: mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan air
laut akibat es yang mencair, terendamnya areal pertanian di tepi pantai
akibat naiknya air laut, dan menurunnya produksi hasil pertanian karena
terendamnya areal pertanian di tepi pantai.
2) El Nino
El Nino adalah
terjadinya pemanasan temperatur air laut di pantai barat Peru–Ekuador yang
menyebabkan gangguan iklim secara global. El Nino datang mengganggu setiap dua
tahun sampai tujuh tahun sekali. Peristiwa ini diawali dari memanasnya
air laut di perairan Indonesia yang kemudian bergerak ke arah timur menyusuri
ekuator menuju pantai barat Amerika Selatan sekitar wilayah Peru dan Ekuador.
Bersamaan dengan
kejadian tersebut air laut yang panas dari pantai barat Amerika Tengah,
bergerak ke arah selatan sampai pantai barat Peru-Bolivia sehingga terjadilah pertemuan
air laut panas dari kedua wilayah tersebut. Massa air panas dalam jumlah besar
terkumpul dan menyebabkan udara di daerah itu memuai sehingga proses konveksi
ini menimbulkan tekanan udara menurun (minus).
Kondisi ini
mengakibatkan seluruh angin yang ada di sekitar Pasifik dan Amerika Latin
bergerak menuju daerah tekanan rendah tersebut. Angin muson di Indonesia yang
datang dari Asia dengan membawa uap air juga membelok ke daerah tekanan rendah
di pantai barat Peru – Ekuador. Peristiwa tersebut mengakibatkan angin yang
menuju Indonesia hanya membawa uap air yang sedikit sehingga kemarau yang
sangat panjang terjadi di Indonesia. Akibat peristiwa tersebut juga dirasakan
di Australia dan Afrika Timur. Sementara itu, di Afrika Selatan justru terjadi banjir
besar dan menurunnya produksi ikan akibat melemahnya up-welling.
Kemarau panjang akibat El Nino biasanya disertai dengan kebakaran rumput dan
hutan. Pada tahun 1994 dan 1997, baik Indonesia maupun Australia mengalami
kebakaran akibat peristiwa El Nino.
3) La Nina
Peristiwa La Nina
merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina berarti bayi perempuan. La Nina
berawal dari melemahnya El Nino sehingga air laut yang panas di pantai Peru dan
Ekuador bergerak ke arah barat dan suhu air laut di daerah itu berubah ke
kondisi semula (dingin) sehingga up-welling muncul kembali sehingga
kondisi cuaca kembali normal.
La Nina juga
berarti kembalinya kondisi ke keadaan normal setelah terjadinya El Nino. Air
laut panas yang menuju arah barat tersebut pada akhirnya sampai di Indonesia
yang bertekanan dingin sehingga seluruh angin di sekitar Pasifik Selatan dan
Samudra Indonesia bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut menyebabkan hujan
lebat dan banjir karena sangat banyaknya uap air yang dibawa. Peristiwa La Nina
di Indonesia pada tahun 1955, 1970, 1973, 1975, 1995, dan 1999 terhitung sejak
Indonesia merdeka (1945).
4) Ozon
Ozon, berasal dari kata kerja bahasa Yunani yang artinya
”mencium”, merupakan suatu bentuk oksigen alotropis (gabungan beberapa unsur)
yang setiap molekulnya memuat tiga jenis atom.
Formula ozon
adalah O3, berwarna biru pucat, dan merupakan gas yang sangat beracun dan
berbau sengit. Ozon mendidih pada suhu –111,9° C (–169.52° F), mencair pada
suhu –192,5° C (–314,5° F), dan memiliki gravitasi 2.144. Ozon cair berwarna
biru gelap, dan merupakan cairan magnetis kuat.
Ozon terbentuk
ketika percikan listrik melintas dalam oksigen. Adanya ozon dapat dideteksi
melalui bau (aroma) yang ditimbulkan oleh mesin-mesin bertenaga listrik. Secara
kimiawi, ozon lebih aktif ketimbang oksigen biasa dan juga merupakan agen
oksidasi yang lebih baik. Biasanya ozon digunakan dalam proses pemurnian
(purifikasi) air, sterilisasi udara, dan pemutihan jenis makanan tertentu.
Di atmosfer,
terjadinya ozon berasal dari nitrogen oksida dan gas organik yang dihasilkan
oleh emisi kendaraan maupun industri, dan ini berbahaya bagi kesehatan di
samping dapat menimbulkan kerusakan serius pada tanaman. Pentingnya pengaturan
kadar nitrogen oksida yang dilepas ke udara oleh, misalnya, pembangkit listrik
tenaga batu bara adalah untuk menghindari terbentuknya ozon yang dapat
menimbulkan penyakit pernapasan seperti bronkitis dan asma.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atmosfer berasal dari kata Yunani,
atmos(uap) dan sphair (bola). Jadi atmosfer dapat didefinisikan sebagai
selubung berwujud gas yang mengelilingi bumi. Atmosfer tersusun atas gas-gas utama, berupa nitrogen (N2),
oksigen (O2), argon (Ar), dan karbon dioksida (CO2).
Nitrogen memiliki jumlah terbesar yang mencapai kurang lebih 78%. Gas ini
berperan penting bagi pertumbuhan tanaman. Lapisan utama atmosfir dimulai dari permukaan bumi adalah
troposfer (0-12 km d.p.l.), stratosfer (12-50 km d.p.l.), mesosfer (50-80 km d.p.l.) , thermosfer (80-450 km d.p.l.) , dan eksosfer (450-900 km d.p.l.).
B.
Saran
Setelah mempelajari makalah ini
pembaca dapat mengetahui tentang lapisan-lapisan atmosfer. Atmosfer
sangatlah bermanfaat bagi kehidupan seluruh makhluk hidup termasuk kita sebagai
manusia yang hidup di muka bumi ini. Diharapkan dengan adanya makalah ini,
manusia dapat mengerti peranan dari setiap lapisan-lapisan atmosfer serta dapat
menjaga lapisan ini demi kelangsungan hidup semua makhluk yang ada di bumi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Awan.
2008. Pembagian Awan, (Online) (http://pengamatanawan.blogspot.com/2008/11/uraian-materi-tentang-awan.html,
diakses 20 September 2010)
Cahyaningrum, Rahma.
2008. Pembagian Wilayah Atmosfer, (Online), (http://penyayangbercahaya.wordpress.com/2009/12/08/pembagian-wilayah-atmosfer/, diakses tanggal 20
September 2010)
Wardyatmoko, K. 2004. Geografi SMA X. Jakarta: Erlangga
Wikipedia Bahasa
Indonesia. 2010.Atmosfer, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Atmosfer , diakses 20 September 2010).
MAKALAH
DINAMIKA PERUBAHAN ATMOSFER
Di Susun Oleh :
v Rani Mulyani
v Restiawati Amini
v Siti Muflihatil Hasanah
v M. Firdaus
v M. Tomi
v Riyan Darojatun M
v Dede Hb
SMAN 1 SUKAJAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar